Post Top Ad

authorHello, my name is Jack Sparrow. I'm a 50 year old self-employed Pirate from the Caribbean.
Learn More →

Post Top Ad

Senin, 19 Desember 2016

RUMAHKU SURGAKU: Catatan Kecil tentang Keluarga Sakinah

sumber: republika.co.id
Salah satu fitrah manusia adalah kecenderungannya untuk hidup bersama dengan lain jenis sebagai saluran penumpahan hasrat seksual. Dan hal ini hanya dapat dilakukan melalui pernikahan. Sebab penyaluran hasrat seksual di luar jalur perkawinan yang sah sangat dikutuk oleh agama, dan  mendatangkan mara bahaya yang cukup besar, baik terhadap pelaku sendiri atau masyarakatnya.

Oleh karena itu, pernikahan adalah bagian terpenting dari agama yang harus dilaksanakan dan dipelihara agar tercipta suasana keluarga (sosial) yang kondusif dan jauh dari ancaman penyakit. Begitu pentingnya nilai pernikahan ini sehingga Nabi pernah bersabda bahwa orang yang sudah menikah berarti telah menyelesaikan separuh dari agamanya. Lebih dari itu Rasulullah juga bersabda bahwa pernikahan dapat menjadikan pelakunya menjadi lebih sopan (dengan menundukkan mata) dan bisa lebih menjaga harga diri dari perbuatan maksiat (yang diibaratkan dengan lebih memelihara kemaluan). Sehingga sektor kehidupan kelurga seseorang juga menentukan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat dan bahkan bernegara.

Sesuai pola asumsi di atas, pembangunan keluarga yang sakinah sebagai model keluarga yang ideal menurut ajaran agama (Islam), menjadi sesuatu yang sangat niscaya melihat berbagai gejala perilaku penyimpang yang terjadi dalam kehidupan sosial (mayoritas) bersumber dari latar belakang keluarga yang tidak harmonis. Ada banyak anak muda yang suka mencari kesenangan di luar rumah karena orang tuanya terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Dan masih banyak contoh-contoh lain yang dapat dijadikan bukti kuat bahwa tindakan asusila seseorang terjadi sebagai ungkapan ketidakpuasan kehidupan rumah tangganya atau sebagai pelarian dari akumulasi masalah keluarga yang dialaminya. Sehingga kehidupan sosial menjadi korban paling nyata dari masalah-masalah kelurga yang tidak bisa ditangani dengan baik dan benar.

Terbinanya keluarga sakinah dapat diharapkan sebagai salah satu jalan keluar terbaik yang bisa mengantarkan masyarakat pada kehidupan yang harmonis sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Problematika keluarga yang telah menjadi bagian inhern dari kehidupan masyarakat modern sudah waktunya ditangani agar tidak semakin memperparah kondisi di tengah krisis multidimensi yang menjerat bangsa kita. Keluarga harus dipandang sebagai tempat terindah yang bisa mendatangkan kedamaian dan ketenteraman bagi penghuninya, sesuai dengan cita-cita keluarga sakinah.

Unsur-unsur Keluarga Sakinah
Kehidupan keluarga sakinah bukanlah sebuah tatanan keluarga yang serba berada, berlimpahan materi, rumah bagus atau memiliki peralatan rumah tangga yang lengkap. Akan tetapi keluarga sakinah adalah model keluarga yang tidak begitu mementingkan kelebihan materi, akan tetapi lebih mengedepankan kasih sayang yang tulus terhadap pasangannya. Ada bebarapa unsur yang terdapat dalam kehidupan keluarga sakinah, di anataranya adalah:

Pertama; Mawaddah
Mawaddah merupakan rasa kasih sayang yang bersumber dari simpati kita terhadap pasangan mengenai kelebihan-kelebihan yang dia miliki. Awalnya, seseorang mencintai orang lain berlandaskan mawaddah ini. Kerena mayoritas kita lebih tertarik terhadap kelebihan pasangan kita, baik secara fisik seperti cantik, berkulit putih, hidung mancung, atau secara nonfisik seperti perhatian, sabar, sopan dan lain sebagainya.

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh pasangan mutlak harus dihargai dan kalau perlu dijadikan bahan untuk selalu dipuji asalkan tidak berlebihan sehingga tidak menimbulkan kesan main-main. Penghargaan terhadap kelebihan yang dimiliki pasangan inilah yang akan menjadi awal terbentuknya suasana keluarga yang harmonis, asalkan juga tidak terlalu mengaguminya. Sebab kekaguman yang berlebihan terhadap kelebihan yang dimiliki patner kita juga berdampak tidak baik.

Kedua; Rahmah
Rahmah merupakan kelanjutan dari mawaddah. Rahmah merupakan kasih sayang yang bersumber dari rasa empati terhadap pasangan karena kekurangan atau kelemahan yang dia miliki. Tidak cukup dalam sebuah kelurga bila hanya mengandalkan sikap mawaddah tanpa sikap rahmah. Sebab kelebihan yang dimiliki pasangan kita akan cepat berubah, akan mudah hilang, sehingga bila seorang suami hanya mencintai istrinya karena sebuah kecantikan, maka cinta itupun akan hilang bersama hilangnya kecantikan istri karena pertambahan usia. Di saat seperti inilah sikap rahmah memegang peranan penting dalam menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga.

Setiap manusia, termasuk pasangan kita, tidak lepas dari kekurangan yang kadang mejadi batu sandungan dalam mewujudkan kehidupan keluarga yang sakinah, sehingga diperlukan kesadaran diri untuk tetap menyayangi pasangan kita dengan segala kekurangannya. Saya jadi teringat apa yang dikatakan Kahlil Gibran bahwa wanita (baca: manusia) yang sempurna di dunia ini hanya dua: yang pertama wanita yang berada dalam angan-angan kekasihnya, sedangkan yang kedua belum lahir. Sebab itulah, rahmah merupakan sikap terbaik yang bisa mempertahankan keluarga dari kehancurannya.

Langkah Strategis Membangun Keluarga Sakinah
Membangun keluarga sakinah bukanlah sesuatu yang gampang, walaupun juga tidak berarti sulit. Ada banyak usaha atau langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai ke arah terciptanya keluarga sakinah, di antaranya adalah:

1.  Saling Menghargai
Penghargaan terhadap pasangan adalah syarat utama yang harus dilakukan untuk menciptakan suasana yang asyik dan menyenangkan. Penghargaan ini meliputi seluruh apa yang terdapat dan dilakukan oleh pasangan kita, baik itu sesuatu yang menjadi kelebihan atau kekuragannya. Hanya bedanya, kalau menghargai kelebihan pasangan kita dapat dilakukan melalui pujian-pujian, atau hadiah-hadiah yang kita berikan padanya. Akan tetapi menghargai kekurangan atau kesalahan pasangan kita dengan cara memberi semangat dan tidak merendahkan (kalau pasangan kita cacat fisik) dan menasehati dengan bahasa yang halus (kalau pasangan kita cacat sosial), tidak memarahinya atau mencacinya dengan karta-kata yang kasar, apalagi dengan kekerasan fisik, dan atau psikis.

2. Saling Pengertian
Suami atau istri yang baik akan mengerti terhadap apa yang disuka dan tidak disuka oleh istri atau suaminya. Dia tahu bagaimana membuat pasangannya bahagia dan betah untuk selalu berada di rumah. Dia begitu paham apa saja yang harus dia lakukan untuk memberikan yang terbaik bagi pasangannya, dan mampu menghindari segala perbuatan yang bisa menyebabkan kecemburuan, kebencian atau kejengkelan di hati pasangannya. Menghargai pasangan kita berarti menempatkan pasangan kita pada tempat yang sebanarnya. Suami mengerti hak dan kewajibannya sehingga dapat melaksanakan dengan baik, semenara istri juga demikian. Jadi tanpa dipinta, kita sudah tahu apa yang harus kita lakukan untuk pasangan kita.

3. Bersabar Diri
Sepanjang sejarah, belum pernah tercatat adanya satu keluarga yang terlepas dari masalah. Adanya banyak persoalan yang datang beriring dengan perjalan sebuah keluarga menuju konsep idealnya. Kendala-kendala akan berdampak ganda: positif dan negatif. Apabila persoalan keluarga yang muncul dihadapi dengan amarah yang tak terkendali, maka akan mengalami kehancuran. Tapi bila disikapi dengan sabar, insyaAllah akan menemukan jalan keluarnya dan menambah kemesraan pasangan tersebut. Kesabaran ini merupakan sikap penting yang harus dimiliki setiap pasangan. Suami yang sabar akan mendapatkan pahala yang sama seperti pahala yang diberikan kepada Nabi Ayyub, sedangkan istri yang sabar akan mendapat limpahan pahala seperti yang telah diberikan kepada Asiyah, istri Fir'aun, seperti yang dikemukakan oleh para ulama.


Muara, April 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar