sumber: republika.co.id |
Salah satu
fitrah manusia adalah kecenderungannya untuk hidup bersama dengan lain jenis
sebagai saluran penumpahan hasrat seksual. Dan hal ini hanya dapat dilakukan
melalui pernikahan. Sebab penyaluran hasrat seksual di luar jalur perkawinan
yang sah sangat dikutuk oleh agama, dan mendatangkan mara bahaya yang cukup besar,
baik terhadap pelaku sendiri atau masyarakatnya.
Oleh karena itu,
pernikahan adalah bagian terpenting dari agama yang harus dilaksanakan dan
dipelihara agar tercipta suasana keluarga (sosial) yang kondusif dan jauh dari
ancaman penyakit. Begitu pentingnya nilai pernikahan ini sehingga Nabi pernah
bersabda bahwa orang yang sudah menikah berarti telah menyelesaikan separuh
dari agamanya. Lebih dari itu Rasulullah juga bersabda bahwa pernikahan dapat
menjadikan pelakunya menjadi lebih sopan (dengan menundukkan mata) dan bisa
lebih menjaga harga diri dari perbuatan maksiat (yang diibaratkan dengan lebih
memelihara kemaluan). Sehingga sektor kehidupan kelurga seseorang juga
menentukan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat dan bahkan bernegara.
Sesuai pola asumsi
di atas, pembangunan keluarga yang sakinah sebagai model keluarga yang ideal
menurut ajaran agama (Islam), menjadi sesuatu yang sangat niscaya melihat
berbagai gejala perilaku penyimpang yang terjadi dalam kehidupan sosial
(mayoritas) bersumber dari latar belakang keluarga yang tidak harmonis. Ada
banyak anak muda yang suka mencari kesenangan di luar rumah karena orang tuanya
terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Dan masih banyak contoh-contoh lain
yang dapat dijadikan bukti kuat bahwa tindakan asusila seseorang terjadi
sebagai ungkapan ketidakpuasan kehidupan rumah tangganya atau sebagai pelarian
dari akumulasi masalah keluarga yang dialaminya. Sehingga kehidupan sosial
menjadi korban paling nyata dari masalah-masalah kelurga yang tidak bisa
ditangani dengan baik dan benar.
Terbinanya
keluarga sakinah dapat diharapkan sebagai salah satu jalan keluar terbaik yang
bisa mengantarkan masyarakat pada kehidupan yang harmonis sesuai dengan
ajaran-ajaran agama. Problematika keluarga yang telah menjadi bagian inhern
dari kehidupan masyarakat modern sudah waktunya ditangani agar tidak semakin
memperparah kondisi di tengah krisis multidimensi yang menjerat bangsa kita.
Keluarga harus dipandang sebagai tempat terindah yang bisa mendatangkan
kedamaian dan ketenteraman bagi penghuninya, sesuai dengan cita-cita keluarga
sakinah.
Unsur-unsur
Keluarga Sakinah
Kehidupan
keluarga sakinah bukanlah sebuah tatanan keluarga yang serba berada,
berlimpahan materi, rumah bagus atau memiliki peralatan rumah tangga yang
lengkap. Akan tetapi keluarga sakinah adalah model keluarga yang tidak begitu
mementingkan kelebihan materi, akan tetapi lebih mengedepankan kasih sayang
yang tulus terhadap pasangannya. Ada
bebarapa unsur yang terdapat dalam kehidupan keluarga sakinah, di anataranya
adalah:
Pertama; Mawaddah
Mawaddah
merupakan rasa kasih sayang yang bersumber dari simpati kita terhadap pasangan
mengenai kelebihan-kelebihan yang dia miliki. Awalnya, seseorang mencintai
orang lain berlandaskan mawaddah ini. Kerena mayoritas kita lebih tertarik
terhadap kelebihan pasangan kita, baik secara fisik seperti cantik, berkulit
putih, hidung mancung, atau secara nonfisik seperti perhatian, sabar, sopan dan
lain sebagainya.
Kelebihan-kelebihan
yang dimiliki oleh pasangan mutlak harus dihargai dan kalau perlu dijadikan
bahan untuk selalu dipuji asalkan tidak berlebihan sehingga tidak menimbulkan
kesan main-main. Penghargaan terhadap kelebihan yang dimiliki pasangan inilah
yang akan menjadi awal terbentuknya suasana keluarga yang harmonis, asalkan
juga tidak terlalu mengaguminya. Sebab kekaguman yang berlebihan terhadap
kelebihan yang dimiliki patner kita juga berdampak tidak baik.
Kedua; Rahmah
Rahmah merupakan
kelanjutan dari mawaddah. Rahmah merupakan kasih sayang yang bersumber dari
rasa empati terhadap pasangan karena kekurangan atau kelemahan yang dia miliki.
Tidak cukup dalam sebuah kelurga bila hanya mengandalkan sikap mawaddah tanpa
sikap rahmah. Sebab kelebihan yang dimiliki pasangan kita akan cepat berubah,
akan mudah hilang, sehingga bila seorang suami hanya mencintai istrinya karena
sebuah kecantikan, maka cinta itupun akan hilang bersama hilangnya kecantikan
istri karena pertambahan usia. Di saat seperti inilah sikap rahmah memegang
peranan penting dalam menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga.
Setiap manusia,
termasuk pasangan kita, tidak lepas dari kekurangan yang kadang mejadi batu
sandungan dalam mewujudkan kehidupan keluarga yang sakinah, sehingga diperlukan
kesadaran diri untuk tetap menyayangi pasangan kita dengan segala
kekurangannya. Saya jadi teringat apa yang dikatakan Kahlil Gibran bahwa wanita
(baca: manusia) yang sempurna di dunia ini hanya dua: yang pertama wanita yang
berada dalam angan-angan kekasihnya, sedangkan yang kedua belum lahir. Sebab
itulah, rahmah merupakan sikap terbaik yang bisa mempertahankan keluarga dari
kehancurannya.
Langkah
Strategis Membangun Keluarga Sakinah
Membangun
keluarga sakinah bukanlah sesuatu yang gampang, walaupun juga tidak berarti
sulit. Ada
banyak usaha atau langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai ke arah
terciptanya keluarga sakinah, di antaranya adalah:
1. Saling Menghargai
Penghargaan terhadap
pasangan adalah syarat utama yang harus dilakukan untuk menciptakan suasana
yang asyik dan menyenangkan. Penghargaan ini meliputi seluruh apa yang terdapat
dan dilakukan oleh pasangan kita, baik itu sesuatu yang menjadi kelebihan atau
kekuragannya. Hanya bedanya, kalau menghargai kelebihan pasangan kita dapat
dilakukan melalui pujian-pujian, atau hadiah-hadiah yang kita berikan padanya.
Akan tetapi menghargai kekurangan atau kesalahan pasangan kita dengan cara
memberi semangat dan tidak merendahkan (kalau pasangan kita cacat fisik) dan
menasehati dengan bahasa yang halus (kalau pasangan kita cacat sosial), tidak
memarahinya atau mencacinya dengan karta-kata yang kasar, apalagi dengan
kekerasan fisik, dan atau psikis.
2.
Saling Pengertian
Suami atau istri
yang baik akan mengerti terhadap apa yang disuka dan tidak disuka oleh istri
atau suaminya. Dia tahu bagaimana membuat pasangannya bahagia dan betah untuk
selalu berada di rumah. Dia begitu paham apa saja yang harus dia lakukan untuk memberikan
yang terbaik bagi pasangannya, dan mampu menghindari segala perbuatan yang bisa
menyebabkan kecemburuan, kebencian atau kejengkelan di hati pasangannya.
Menghargai pasangan kita berarti menempatkan pasangan kita pada tempat yang
sebanarnya. Suami mengerti hak dan kewajibannya sehingga dapat melaksanakan
dengan baik, semenara istri juga demikian. Jadi tanpa dipinta, kita sudah tahu
apa yang harus kita lakukan untuk pasangan kita.
3.
Bersabar Diri
Sepanjang sejarah, belum pernah tercatat adanya satu
keluarga yang terlepas dari masalah. Adanya banyak persoalan yang datang
beriring dengan perjalan sebuah keluarga menuju konsep idealnya.
Kendala-kendala akan berdampak ganda: positif dan negatif. Apabila persoalan
keluarga yang muncul dihadapi dengan amarah yang tak terkendali, maka akan
mengalami kehancuran. Tapi bila disikapi dengan sabar, insyaAllah akan
menemukan jalan keluarnya dan menambah kemesraan pasangan tersebut. Kesabaran
ini merupakan sikap penting yang harus dimiliki setiap pasangan. Suami yang
sabar akan mendapatkan pahala yang sama seperti pahala yang diberikan kepada Nabi Ayyub, sedangkan istri yang sabar akan mendapat limpahan pahala seperti
yang telah diberikan kepada Asiyah, istri Fir'aun, seperti yang dikemukakan
oleh para ulama.
Muara, April 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar