ladang
yang kusimpan
untuk
maskawin perkawinan
kau tanami
pohon mentimun
buahnya
kupetik tiap pagi
walau
sering dimakan berpasang sapi
tapi tak
jua punah
seperti
senyummu yang meyemai taman melati
di ranjang
dipan warisan nenekku
rumput
yang merimbun di tepinya
kau
bersihkan selalu
lalu kau
gantikan pohon pandan
hingga
burung-burung bercicit puas
di atasnya
amboi!
ladangku
subur sesubur bibirmu
suatu hari
kau tanamkan pohon mimpi
buahnya
kita petikdan nikmati
di malamperkawinan
nanti
Pangarangan, April 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar